Jumat, 12 Februari 2010

Melawan Diri Sendiri

Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan, daan semua beban yang menambat diri di tempat start.
Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam. Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati,yang tak mungkin diraih lewat niat yang ternoda.
Pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal karena sibuk mengintip lawan-lawannya. Pelari yang berlari untuk memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya. Ia mencurahkan seluruh perhatian demi perbaikan catatannya sendiri.
Ia bertanding dengan dirinya sendiri, bukan melaawan orang lain. Karenanya, ia tidak perlu curang. Keinginan mengalahkan orang lain adalah awal kekalahan diri sendiri.


Kata bijak
Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab. Yakni, orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak, dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir.
(W.A. Nance)

Kisah Hidupku

Aku hanyalah seorang anak yang dilahirkan dari rahim seorang ibu dengan penuh kesabaran walau penderitaan yang sangat menyakitkan di sebuah rumah panggung kayu yang sangat sederhana ditengah-tengah desa terpencil yang bernama Dusun Lasape, Desa Katamporang disebelah utara Kota Pinrang. Ayahku hanyalah seorang petani yang hari-harinya dihabiskan hanya untuk mencari nafkah buat keluarga. Setiap hari orang tua merawatku dengan penuh kasih sayang.

Pada usia sekitar tiga bulan, kami sekeluarga pindah ke sebuah desa kecil juga yakni Dusun Katteong, Desa Samaenre sebelah barat Kota Pinrang. Di dusun ini kami tinggal bersama ibunya ayahku (nenek). Nenek juga ikut merawatku dengan kasih sayang.

Hari-hari telah berlalu hingga aku berusia sekitar tiga tahun. Pada usia ini aku telah mulai membantu orang tua, aku sering ikut ayah ke sawah dan kebun. Kadang juga aku ikut ibu pergi menjual kue-kue di sebuah sekolah menengah pertama yang nantinya juga akan aku tempati sekolah. Dan aku sering ikut nenek ke rumah sepupu-sepupu di daerah lain.

Pada usia 7 tahun aku mulai masuk sekolah dasar yang tidak jauh dari rumah hanya sekitar 30 meter. Sekolahku bernama SD Negeri 65 Katteong, sekolahnya sangat sederhana dan rapi. Hari pertama masuk sekolah aku merasa malu dan tegang bercampur takut. Disini aku mulai mengenal banyak teman dan perasaan yang tadi telah hilang dengan sendirinya. Saat aku duduk di bangku kelas 2 pada catur wulan terakhir ibuku meninggalkanku, dia pergi ke luar negeri jadi TKI untuk menambah biaya sekolahku. Saat itulah aku mulai menuangkan perasaanku kepada nenekku karena hanya dialah yang menjadi pengganti ibuku tempat aku menyandarkan hidupku baik susah maupun duka. Dan dia juga memberiku nasehat-nasehat setiap aku mengeluh padanya.

Setiap nenek pergi acara keluarga dia selalu mengajakku ikut bersamanya. Akan tetapi, jika hari-hari sekolah kadang aku tidak ikut. Walau aku tidak ikut nenek tak akan lupa bawakan aku ole-ole dan biasanya sebelum beliau berangkat dia selalu memberiku uang saku. Ayah juga selalu mengajakku ikut bersamanya apabila dia mau pergi acara di rumah sepupu. Walau a juga selalu mengajakku ikut bersamanya apabila dia mau pergi acara di rumah sepupu. Walau ayahku tidak tahu menghitung dan membaca tapi aku sangat salut dan sayang padanya. Dia memberiku kasih sayang yang tidak pernah aku dapatkan dari ibu dan dia mengajariku bagaimana kita menghargai orang lain walau orang itu pernah menyakiti kita.

Pada saat aku sudah duduk di bangku kelas 5 SD, aku terkena penyakit tipus. Penyakit ini aku derita sekitar 2 bulan lamanya. Ayah dan nenek merawat dan mengobatiku dengan obat traditional karena kami tidak punya uang cukup untuk perawatan di rumah sakit. Sepupu dan kerabat keluarga ayahku sekali-sekali datang melihat keadaanku kadang ada yang membawakan susu kadang juga ada yang bawakan makanan. Sekitar seminggu setelah badanku mulai sembuh diadakan ulangan catur wulan pertama. Hari pertama ulangan mata pelajarannya yaitu praktek olahraga. Teman-teman tiba-tiba menyampaikan kepada pak guru bahwa aku tidak usah diikutkan dalam praktek ini dengan alasan kondisi badanku masih lemah, maka dari itu aku disuruh istirahat dibawah pohon mangga. Aku hanya memperhatikan dan memberi semangat kepada teman-temanku.

Suatu ketika saat aku lagi main di rumah sepupu tiba-tiba ada temanku yang datang dan mengatakan bahwa ibuku sudah datang. Pertamanya aku tidak percaya akan tetapi saat aku sudah sampai di rumah aku heran dan bertanya kenapa banyak sekali sandal ditangga. Saat masuk kedalam rumah ternyata benar bahwa ibuku telah datang dan dia telah dikerumuni banyak orang. Ketika ibu melihatku dia memanggilku dan memelukku erat-erat sambil menangis akan tetapi yang membuat orang-orang heran adalah karena aku tidak menangis padahal sudah lama sekali aku tidak ketemu sama ibuku. Aku benar-benar menganggap bahwa pertemuan ini hanya biasa saja mungkin karena aku sudah lama tidak ketemu dan kurangnya kasih sayang dari ibu. Saat aku diajak pergi kerumah nenek (dari ibu) baru sekitar 2 hari aku menangis mengingat nenek dan ayah. Aku rindu pada mereka berdua yang sudah aku anggap sebagai belahan jiwaku.

Selama 2 bulan ibuku tinggal di pinrang akhirnya dia berangkat lagi keluar negeri dia hanya berpesan bahwa nantinya aku harus menjadi manusia yang berguna seperti kata pepatah bugis “ancaji tauko”. Walau dia tidak ada lagi disampingku aku akan tetap mengingat kata-kata itu. Karena aku menganggap bahwa percuma kita hidup apabila kita tidak berguna bagi sesama manusia. Setelah perpisahan ini aku mulai merasakan bagaimana pentingnya keutuhan keluarga dan aku telah belajar bagaimanapun seseorang meninggalkan kita bila memang dia mencintai kita nantinya dia pasti akan kembali.

Sebulan sebelum aku duduk di bangku kelas 6 diadakan khatam al-qur’an dirumahku. Disini aku menganggap acaranya ada yang kurang mungkin karena keluargaku sekarang tidak utuh walaupun acaranya berlangsung ramai. Sebagai kenangan aku hanya menyimpan fotoku bersama ayah yang sangat aku cintai sedangkan foto-foto yang lainnya ada pada sepupuku.

Saat duduk di kelas 6 disinilah pengalamanku pertama kalinya aku memukul yang namanya cewek yang telah menggangguku berkali-kali walau aku telah bersabar dan setelah kejadian itu aku minta maaf dan menasehatinya jangan lagi suka menggangu orang lain sedang mengerjakan sesuatu karena walau bagaimanapun sabarnya orang pasti bakalan marah. Dan aku harap ini pertama dan terakhir kalinya.

Hari-hari telah berlalu tanpa terasa waktu sudah menjelang ujian nasional. Kami mulai mempersiapkan bahan materi dan kami juga berfoto bersama dengan guru-guru yang nantinya akan kami jadikan sebagai kenang-kenangan setelah tamat sekolah. Saat ujian sekolah kami semua satu kelas naik sepeda menuju tempat berlangsungnya ujian yang berjarak sekitar ± 5 km dari kampung kami. Ada yang boncengan dua ada juga yang tidak. Kami menuju tempat tujuan dengan santai sambil bercerita bahwa nantinya jangan ada yang kikir kami harus saling kerjasama. Hari-hari kami lalui dengan semangat yang besar karena kami semua mempunyai cita-cita yang akan kami perjuangkan dalam hidup kami kedepan.

Akan tetapi, saat hari terakhir ujian ada siswi dari sekolah lain yang seruangan dengan kami melapor kepada teman-temannya bahwa kami sering mengganggunya. Sebagai yang dipercaya jadi ketua dikelas itu aku mencoba memecahkannya tetapi mereka tidak mau damai.padahal kami tidak pernah mengganggu mereka. Maka terjadilah tawuran yang awalnya antar sekolah menjadi tawuran antar daerah. Tawuran ini diamankan oleh kepala sekolah yang dimana kami melangsungkan ujian.

Saat hari penentuan hasil ujian kami kumpul diruangan kelas daan kepala sekolah menyampaikan bahwa walau kami nantinya sudah tidak sekolah lagi disini kami akan tetap menghargai guru-guru dan sekolah kami ini dan kami harus tetap mempertahankan tali silaturrahmi. Dan kami juga dikerjain bahwa yang lulus hanya 5 orang yang lainnya harus mengulang. Ternyata kami semua lulus dan mendapat nilai yang memuaskan disini aku bersyukur sekali karena aku mendapat peringkat kedua tertinggi di kelas.

Seminggu kemudian kami pergi mengambil ijazah dan kami langsung menuju SMP untuk mengambil formulir. Saat disana ternyata harga formulirnya Rp. 5.000,- sedangkan uang yang tadinya diberikan oleh nenek hanya Rp. 3.000,- untungnya ada teman yang bawa uang banyak dan dia mau pinjamkan aku uangnya. Saat pengembalian formulir kami bersama-sama lagi.

Pada hari pertama masuk sekolah aku dan teman merasa bingun kelas mana yang nanti akan kami tempati karena banyak sekali kelas. Saat upacara pembukaan OSPEK diadakan pembagian kelas dan ternyata aku satu kelas dengan sahabatku tapi aku merasa sedih karena kami pisah dengan teman yang lainnya. Sepulang dari sekolah kami selalu ketemu di rumah salah satu dari sahabat yang biasanya kami mengisi waktu dengan main-main kadang juga diskusi atau belajar sambil nonton siaran TV.

Hari-hari telah berlalu hingga kami naik ke kelas 2. Di kelas inilah aku mempunyai banyak kenangan mulai dari masalah cinta, kerjasama, kekonyolan dan suka duka. Setiap malam aku belajar untuk mencari solusi masalah yang sedang aku hadapi dan ternyata jawabannya ada dalam diriku sendiri. Sehingga membuat aku mengerti bahwa ada sesuatu yang dapat kita jadikan tempat mencari arti makna sesungguhnya yakni hati nurani.

Saat duduk dikelas 3 aku dan dua temanku dipanggil oleh guru untuk mengikuti lomba sains di kota Pinrang mewakili sekolahku aku ditugaskan di bagian Fisika. Kami mempersiapkan segala materi untuk menyambut hari lomba. Pada saat lomba dimulai aku berpisah dengan teman karena ruangan kami berbeda. Ketika lomba sedang berlangsung yang lucunya ada cewek dari sekolah lain yang meminta jawaban padaku dan justru aku tanya kembali dia pun ketawa. Setelah pulang dari lomba kami singgah di sebuah warung. Kami makan bersama guru pendamping sambil membahas hal-hal menurut kami menjadi faktor penghambat.

Pengalaman yang paling unik dan tidak terlupakan di kelas 3 yaitu pada saat ulangan semester pertama pada pelajaran bahasa inggris jawabannya sama semua dua kelas yang sumbernya dari jawabanku (kenyataan). Dan menjelang ujian nasional kami 8 bersahabat mengumpulkan uang Rp.5000,- /orang kemudian kami membeli itik dan kami masak dirumahku, acara seperti ini kami laksanakan 5 kali dan 2 kali memborong penjual bakso sebelum diadakan ujian nasional.

Pada saat diadakan ujian nasional kami kerjakan soal-soal dengan tenang dan sesuai dengan kami ketahui wal hasil ternyata nantinya kami semua lulus. Ketika penentuan hasil ujin nasional ada beberapa teman baik cewek maupun laki-lakinya yang dikerjain salah satunya aku sendiri. Kepala sekolah berkata “kalian semua tidak lulus dan harus mengulang tahun depan” kami semua bersedih dan ada teman cewek yang langsung pinsang kami semua menolongnya dan setelah dia sadar kepala sekolah menyampaikan bahwa semuanya lulus tidak ada yang mengulang.

Seminggu setelah penentuan kami mengambil ijazah dan besoknya kami ke pare-pare untuk mengambil formulir pendaftaran di sebuah sekolah teknik yang dulunya bernama “STM NEGERI alias STM 80” yang sekarang dinamakan SMK NEGERI 2 PAREPARE. Setelah mengambil formulir kami pergi kekos-kosannya teman-teman di kampung. Seminggu kemudian kami kembali ke sekolah untuk mengembalikan formulir dan aku mengambil jurusan teknik mekanik otomotif. Kami di dites berkas, warna dan badan. Setelah semuanya selesai dites kami kembali ke kampung.

Ketika tiba hari pengumuman kami kembali ke parepare untuk melihat hasil pengumuman. Hasilnya aku dan dua teman yang lainnya lulus sedangkan yang lainnya tidak lulus, melihat hasil tersebut aku merasa senang bercampur sedih karena perjuangan kami selama ini yang selalu bersama justru harus berpisah. Kemudian aku kembali kekampung bersama teman untuk mengambil perlengkapan berkas. Akhirnya teman yang lain memutuskan untuk mengambil formulir di kota pinrang. Wal hasil semuanya juga lulus.

Pada hari pertama masuk sekolah aku merasa tegang karena aku menganggap bahwa nantinya kami akan disiksa seperti di sekolah-sekolah lain dan ternyata tidak demikian justru kita hanya menyapu dan diberi arahan dan pencerahan rohani dari guru-guru. Hari-hari pun berlalu dan teman-temanku bertambah banyak. Hari-hari belajar telah aku ikuti dengan baik hingga naik ke kelas 3. Pada waktu kelas 3 kami semua pergi Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) atau yang lebih dikenal PKL (Praktek Kerja Lapangan) kebetulan aku di tempatkan di PT. Billa’ Motor Makassar di Jl. Latimojong dekat mesjid raya selama 5 bulan. Disini aku mulai mengenal namanya Makassar. Setelah selesai aku kembali ke parepare untuk mengikuti semester selanjutnya.

Saat tamat SMK aku mencoba mencari kerja pertamanya aku hanya kerja bangunan dan pada bulan februari 2009 aku mencoba merantau di Makassar untuk mencari kerja wal hasil aku diterima kerja di bengkel yang bergerak di bidang pengelasan disini aku memahami yang namanya kerja keras dan bagaimana kehidupan dikota. Hari-hari kerja aku lalui dengan sabar dibawah terik matahari. Hingga pada suatu aku bertemu dengan teman dan dia menawarkan aku kuliah di UIN ALAUDDIN jurusan aqidah filsafat karena jurusan ini cocok untukku dan kebetulan lagi dibiayai oleh pemerintah. Aku tertarik mendengarkan hal tersebut karena dari dulu aku ingin sekali merasakan yang namanya kuliah.

Tujuan hidup di dunia ini adalah:

Selama ini yang menjadi tujuan hidupku yang pertama kalinya hanyalah bagaimana bertakwa kepada Allah S.W.T dan membahagiakan orang tua. Akan tetapi, setelah aku mempelajari kehidupanku maka aku mendapatkan tujuan lain yang harus aku capai selain yang tadinya menjadi tujuan hidupku yakni ingin ikut berpartisipasi dalam pengembangan hidup masyarakat walau hanya dalam ruang lingkup yang terkecil (di desaku)